Kebudayaan Suku Toraja

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Totaja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Kesenian suku Toraja, 
  1. Seni Tari (Gellu’- gellu’)
    a. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tanda kegembiraan (perkawinan, menyambut tamu terhormat dan lain-lain), yaitu : Tari Pa’ Gellu’, Tari Pa’ Bone Balla’, Tari Pa’ Lambu’ Pare, dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tari pemujaan atau penyembahan, yaitu : Tari Pangnganta’, Tari Bondesan, Tari Burake dan lain-lain.
    c. Untuk upacara Rambu Solo’ sebagai tarian untuk mengenang / memperingati seseorang yang telah meninggal dunia karena keberaniannya dan keagungannya semasa hidupnya, yaitu : Tarian Ma’ Randing (Tarian Perang).
  2. Seni Suara / Musik (Pa’ Kayoyoan atau Passuling-suling)
    a. Untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Pa’ Geso’-geso’, Pa’ Oni-oni, Pa’Tulali, Pa’ Karombi dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Solo’, yaitu : Massuling Marakka, Ma’ Dondi’, Memanna’ dan lain-lain.
  3. Seni Tari Paduan Lagu dan Suruling (Gellu’- gellu’ di Gamarai atau Gellu’- gellu’ di Sulinggi).
    a. Untuk upacara Rambu Tuka’ dengan tujuan sebagai pemujaan dan penyembahan, yaitu : Tari Manimbong, Tari Ma’ Dandan, Tari Ma’ Bassen-bassen, Tari Ma’ Bugi’ dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Solo’ dengan tujuan mengenang yang meninggal yang berisi doa, yaitu : Tari Pa’ Badong, Tari Ma’ Katia dan lain-lain
  4. Seni Hias atau Dekorasi (Pa’ Belo-belo)
    Masyarakat Toraja mempunyai bentuk tersendiri dalam seni hias (dekorasi) disesuaikan dengan fungsinya dan falsafah serta keyakinan hidup masyarakat Toraja. Penggunaan penempatan / pemakaian bahan tidak dilakukan dengan sembarang karena setiap bahan yang digunakan mempunyai arti yang tersendiri.
    Bahan-bahan yang sering digunakan adalah :
    a. Barang-barang pusaka dan perhisaan Toraja
    b. Tenunan-tenunan pusaka yang dianggap keramat dan bertuah
    c. Kain-kain yang berwarna tajam, yang disesuaikan dengan warna dan tempat pemakaian seperti warna merah dan putih dapat dipergunakan dimana saja, warna kuning untuk upacara Rambu Tuka’ dan warna hitam untuk upacara Rambu Solo’.
    d. Rautan-rautan bambu yang berbentuk lidi berbelit-belit yang disebut Pangarru’-arru’.
    e. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai arti tersendiri menurut Aluk Todolo, yaitu:
    - Pusuk (daun ijuk / kelapa mudah)
    - Tabang (daun semacam palem yang merah daunnya) dianggap mempunyai nilai magis
    - Belo Bubun (semacam palem yang berwarna kuning hijau).
    - Kambunni’ (sejenis tanamam perdu yang terdapat digunung-gunung)
  5. Seni Sastra (Tantanan Kada/Kada-kada Tominaa)
    Dalam seni sastra Toraja agak berbeda dengan daerah lain di tanah air, hal tersebut nyata pada gaya yang terselip alam pengungkapannya menggunakan gaya bahasa Paralelisme dan Sinonisme sehingga dua kalimat yang diungkapkan tersebut hanya mempunyai satu arti dan hubungan pengungkapan itu sangat serasi (enak didengar). Juga dalam pengungkapanya berbentuk prosa dengan menggunakan gaya bahasa Allegoris yaitu mempergunakan bahasa Toraja tinggi. Penggunaan seni sastra tersebut pada upacara Rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’. Dalam masyarakat Toraja dikenal beberapa sastrawan dalam beberapa tingkatan, yaitu : Tomina Bakaa atau Gora Tongkon (sastrawan yang didaktis), Tomina Burake (ahli sastra religius), Tomina Sanda (ahli sastra yang religius dan estetis), Rangga Kada (ahli membuat alasan dan kata-kata yang menarik).
    Beberapa ungkapan sastra Toraja menurut arti dan tujuannya, yaitu :
    a. Puisi atau syair yang terdiri dari 2 atau 3 bait yang jumlah tiap bait tidak tentu jumlahnya yaitu :Londe Tomangngura (Pantun orang muda), Ponto Bannang (Pepatah), Passimba (Sindiran), Karume (Teka-teki) dan lain-lain.
    b. Prosa Lirik untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Ma’ Gellong (mantra dan doa) dibawakan oleh Panggala Gelong, Mangngimbo, mantra dan doa dalam pemujaan atau penyembahan yang dibawakan oleh Tominaa atau To Indo’ Padang, Massonde, pujian untuk menyukuri kebesaran dan kemuliaan Tuhan juga untuk menghibur orang sakit, Ma’ Ulelle’, isinya mengandung nasihat
    c. Prosa Lirik pada upacara Rambu Solo’, yaitu : Ma’ Kakarung, Sumengo, Ma’ Retteng, Mangimbo, Umbating dan lain-lain.
  6. Seni Pahat (Pa’ Paa’), Seni Anyam (Panganan), Seni Tenun (Pa’ Tannun), Seni Tempa (Pa’ Tampa)
  7. Seni Bangunan (Manarangngi)
    Seni Bangunan bagi orang Toraja disebut Manaranggi sedang ahli bagunan disebut Tomanarang (To = orang, Manarang = pintar)
  8. Seni Ukir (Passura')

Ciri-ciri Suku Toraja, 
Bersuara keras
     Karena orang Toraja aslinya berada di atas pegunungan, yang medannya di penuhi lembah perbukitan, serta rumah yang saling berjauhan, jadi untuk berkomunikasi mereka harus memperbesar volume suara mereka beberapa oktaf  lebih tinggi di banding suku lain yang berada di dataran rendah. Jadi jangan heran jika di daerah lain ada yang meneriakkan nama Anda dengan suara melengking, dipastikan itu teman Anda dari kampong halaman. Namun sekarang karena perkembangan teknologi, dan di temukannya ponsel, maka untuk teriak-teriak kayaknya sudah sedikit ditinggalkan. 

Logat yang kental  

        Dikampung halaman, orang Toraja lebih nyaman berbicara menggunakan bahasa nenek moyang mereka yaitu bahasa Toraja. Bahkan kalo mencoba menggunakan bahasa Indonesia, maka dia akan di cemooh "bahasa Toraya mba'mokan kami" . Makanya kalo ketemu orang dari suku lain dan harus berbahasa Indonesia, logat kental mereka akan keluar.  Kata-kata yang tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia seperti : le', toda',sia, ba', dan lain-lain, kadang mengalir dengan deras dari mulut orang Toraja yang mencoba berbahasa Indonesia. Namun saatini sudah banyak kok orang Toraja yang mulai belajar menggunakan bahasa Indonesia tanpa menggunakan dialek atau menggunakan dialek yang populer di Televisi ( macam logat Jakarta itu) . 


        Ma'lindo-lindo duku'bai merupakan ciri muka tradisional asli orang Toraja. Tidak jelas bagaimana sebenarnya definisi pasti dari Ma'lindo-lindo duku'bai tersebut. Namun beberapa orang di luar sana menyimpulkan bahwa yang di maksud dengan "Ma'lindo-lindo duku'bai" adalah orang yang bermuka hitam dekil, berminyak ,dan segi empat.
Tapi jangan salah,  walaupun masih banyak yang stay mempertahankan ketradisionalan muka mereka, namun tak sedikit pula orang Toraja jaman sekarang terutama yang muda-muda  bertransformasi menjadi orang kota yang modis dan cantik dengan muka putih karena menggunakan pemutih made in china.

Baik dan Sopan

      Pada dasarnya orang Toraja itu baik, sopan dan rendah hati, karena memang dari kecil mereka di didik untuk itu. Orang Toraja percaya bahwa berlaku baik dan sopan serta rendah hati dapat mendatangkan berkat (dalle') dalam kehidupan mereka. Selain itu bisa menghindarkan diri pribadi maupun keluarga dari sanksi sosial berupa siri' atau malu.
Namun, karena perubahan pola hidup dan adanya global warming jaman sekarang ada saja orang Toraja yang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan nilai. Tak heran, akhir-akhir ini banyak kasus kriminal yang terjadi di Toraja, walaupun relatif lebih sedikit di banding dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Kurang percaya diri

       Jika kalian pernah sekelas dengan orang Toraja di sekolah ataupun di kampus, maka di pastikan mereka akan memilih tempat duduk paling belakang. Ini karena mereka percaya bahwa yang paling berpotensi di tunjuk oleh guru maupun dosen untuk menjawab atau mengerjakan soal adalah orang yang duduknya paling depan. Namun ini bukan berarti orang Toraja itu bodoh atau kurang pandai, banyak kok orang Toraja yang pandai. Hal ini, hanya karena mereka kurang percaya diri dan takut berlebihan. 

Suka bergerombol

     Di mana ada orang Toraja, di situ pasti ada orang Toraja yang lain. Betulkan? Yap, karena orang Toraja memang lebih nyaman bergaul dengan sesama mereka orang Toraja, yang notabene punya kesamaan hampir dari segala aspek, mulai dari bahasa, budaya, kebiasaan, makanan, agama, dan lain-lain. Inilah penyebab sehingga orang Toraja agak susah bergaul dengan orang dari suku lain. Walaupun kembali lagi, bahwa jaman sekarang orang -orang Toraja juga sudah banyak yang mulai terbuka terhadap orang dari suku lain, terutama mereka yang memang lahir dan besar di perantauan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Teknologi Software dan Hardware

Implementasi Grafik Komputer dalam suatu bidang kehidupan